1. BHAGAVAD-GITA
BAB V Sloka 11.
a.
Bunyi Sloka :
Daridraya-nasanam danam
Silam durgati-nasanam
Ajnana-nasim prajnya
Bhavana bhaya-nasini.
b.
Arti Sloka :
Kedermawanan
menghapuskan kemiskinan, perbuatan yang baik menghilangkan kemalangan,
kecerdasan rohani menghapuskan kegelapan/kebodohan, dan bahaya atau rasa takut
bisa dihilangkan dengan merenungkannya baik-baik.
c. Contoh Kontekstual :
Kedermawanan, perbuatan yang baik, kecerdasan rohani, dan
merenungkan segala sesuatu dengan baik-baik, niscaya semua kemiskinan,
kebodohan, dan bahaya atau rasa takut bisa dihilangkan. Sebagai contoh di
masyarakat, perbuatan-perbuatan seperti yang diatas akan menghantarkan kita
untuk mendekatkan diri kepada Tuahan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi
Wasa sebagai segala pencipta alam semesta ini. Karena seperti yang kita ketahui
kecerdasan rohani yang dimiliki manusia akan mampu menempatkan dirinya selalu
dalam keadaan sadar. Namun tak jarang kita melihat banyak orang-orang di
masyarakat terutama para pemuda yang justru terlibat dalam dunia-dunia
kegelapan, seperti meminum-minuman keras, berjudi dan sebagainya. Hal seperti
harus dihindari dengan meningkatkan kecerdasan rohani bagi paa pemuda dengan
melakukan dan menekuni ajaran dhama. Dan apabila mulai dari sejak dini kita
menanamkan kedermawanan, maka kemiskinan akan terhapus, seperti ketika ada
salah satu orang kaya di desa saya yang sangat senang untuk berdana punia dan
memberikan sedekah bagi mereka yang mengalami kesusahan serta dengan usahanya
yang mampu menyerap langan kerja yang banyak. Selain itu, saya sering merenungi
kegiatan-kegiatan salah yang saya lakukan, karena dengan begitu kita akan tahu
dan menyadari kesalahan yang kita lakukan dan bahaya atauun rasa takut yang kit
alami akan dapat dihindari.
2.
BHAGAVAD-GITA BAB XI Sloka 8.
a. Bunyi Sloka :
Na veti yo yasya guna-prakarsam
Sa tam sada nindati natra citram
Yatha kirati kari-kumbha-labdaham
Muktam prityajya vibharti gunjam.
b. Arti Sloka :
Hal ini tidak usah membuat heran, bahwa
orang yang belum mengetahui sesuatu dengan sebenarnya selalu menjelek-jelekan
hal yang belum diketahui secara jelas. Seperti halnya permaisuri para kirata
( golongan pemburu pada zaman purba ) menolak permata dari kepala gajah,
sebaliknya memakai perhiasan biji gunja ( biji-bijian yang terdapat di
semak belukar.
c. Contoh
Kontekstual :
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dianugrahakan kemampuan dalam berpikir. Dimana
dengan kemampuan yang dimiliki oleh manusia ini, manusia dapat memilah-milah
mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang tidak baik (wiweka). Dalam konteks
sloka BHAGAVAD-Gita Bab XI Sloka 8 diatas yang pada intinya yaitu “tidak heran
bagi kita menjelek-jelekan sesuatu yang belum jelas kita ketahui”. Sebagai contoh
ketika kita melihat seseorang yang berpenampilan acak-acakan dan kelihatan
kurang sopan, belum tentu isi hatinya sama dengan penampilannya. Seperti salah
satu teman saya yang memang dalam kehidupannya sering bergaul dengan
orang-orang pemabuk. Banyak gosip-gosip jelek yang menimpanya di masyarakat.
Pernah saya mendengar para penduduk masyarakat setempat mengatakan kalau dia
pernah menghamili seorang wanita. Hal tersebut terbantahkan, karena seiring
dengan berjalannya waktu sampai sekarang dia juga belum menikah. Dalam
kehidupan sehari-sehari saya sering berbincang0bincang dengan nya dani dia
sering melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Seperti misalnya, ia sering
membantu orang tuanya membawa belanjaan ke pasar, dan pernah pada suatu hari
saya di bantu olehnya ketika saya lupa membawa uang. Dia dengan senang hati dan
ikhlasnya memberikan saya pinjaman uang. Pada waktu itu saya sangat bersyukur,
karena dengan bantuannya rasa malu saya jadi terhindar. Itulah sebabnya kita
sebagai manusia tidak boleh memandang orang hanya dari kulit luarnya saja dan
menjelek-jelekan hal-hal yang belum kita ketahui pasti. karena perbuatan
tersebut bertentangan dengan ajaraan agama hindu khususnya Tat Twam Asi yang
mengajarkan kita tentang bagaimana jika kita ingin dihargai maka kita harus
mengahargai orang lain.
3.
BHAGAVAD-GITA BAB VII Sloka 12.
a. Bunyi Sloka :
Natyantam saralair bhavyam
Gatva pasya vanasthalim
Chidyante saralas tatra
Kubjas tisthanti padapah,
b. Arti Sloka :
Janganlah hidup terlalu lurus atau
terlalu jujur, sebab begitu Anda pergi ke hutan Anda akan melihat bahwa
pohon-pohon yang lurus ditebang, sedangkan pohon-pohon yang bengkok dibiarkan
hidup.
c. Contoh
Kontekstual :
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang mulia, orang yang memiliki
sifat jujur biasanya dapat mendapat kepercayaan dari orang lain. Sifat jujur
merupakan salah satu rahasia diri seseorang untuk menarik kepercayaan umum
karena orang yang jujur senantiasa berusaha untuk menjaga amanah. Namun dalam
kehidupan di dunia ini kita juga tidak selamanya bisa berbuat jujur adakalanya
pada suatu kejadian ataupun situasi dan kondisi yang membuat kita harus
berbohong. Yang dimaksud berbohong disini adalah berbohong demi kebaikan. Sama
seperti sloka diatas yang menyebutkan ada kalanya kita melliihat pohon-pohon
lurus ditebang dan pohon-pohon yang bengkok dibiarkan. Pernah suatu hari saya
menglami suatu kejadian ataupun kondisi yang mengharuskan saya untuk berbohong.
Kita tahu sebagai seorang Ibu, ia memang selalu mengkhawatirkan anaknya apalagi
ketika anaknya sakit. Langsung saja saya ceritakan, waktu itu saya akan pergi
ke Singaraja untuk kuliah dan kebetulan pada waktu itu saya lagi sakit. Dan Ibu
saya sebenarnya sudah tidak mengizinkan saya untuk kuliah. Tapi yang namanya
mahasiswa kuliah merupakan suatu kewajiban yang harus dijalani. Ketika mau
berangkat Ibu saya bertanya kepada saya “dek.., dengan siapa berangakat ke
Singaraja?”. Dengan perasaan ragu saya menjawab “dengan Agus (teman saya) bu…”.
Namun kenyataan sebenar saya pergi sendirian mengendarai sepeda motor. Hal ini
saya lakukan karena saya tidak ingin melihat Ibu saya cemas dan khawatir dengan
keadaan saya, apa lagi ia sampai sakit karena memikirkan saya. Itulah salah
satu contoh kecil yang mana dalam kehidupan kita ini kondisi dan situasi yang
membuat kita untuk berbohong.
4. NITI SATAKA BAB
II Sloka 10.
a.
Bunyi Sloka :
Bhimam vanam bhavati tasya puram
pradhanam, sarvo janah svajanatamupayati tasya, krtsna ca bhurbhavati
sannidhiratnapurna, yasyasti purvasukrtam vipulam narasya.
b.
Arti Sloka :
Seseorang yang melakukan karma yang baik dan benar,
baginya hutan rimba bagaikan istana yang indah, semua manusia dan mahluk
menjadi sahabat, dan seluruh bumi dipenuhi dengan kekayaan
c.
Contoh Kontekstual :
Perbuatan baik dan
benar adalah perbuatan yang patut kita contoh dan diteladani, sebagaimana yang
tercantum dalam sloka diatas apa bila kita ingin memiliki kehidupan yang damai
dan indah, maka berbuatlah yang baik dan benar. Kita sebagai umat hindu yang yakin
dengan adanya hukum karma phala, memang patut untuk selalu berbuat baik dan
benar karena dari perbuatan baik dan benar itu pahala yang kita dapatkan juga
baik serta dunia yang kita tempati ini akan terasa lebih indah. Sebagai contoh
kecil, apabila kita suka dan sering membantu orang yang kesusahan, maka
sewaktu-waktu ketika kita mengalami kesulitan atau kesusahan pasti ada saja
yang akan membantu kita pada saat itu. Misalnya pengalaman yang pernah saya
alami, ketika pada waktu itu saya melihat teman Sekolah Menengah Pertama saya
sebut saja namanya Tonok yang sedang mendorong sepeda motornya. Disitu saya
menyapa dan menanyakan “kenapa dengan motornya?”. Dan ia menjawab “Oow, ni ban
motor saya lagi kempes”. Pada saat itu saya langsung membantunya dengan mencarikan
bengkel terdekat untuk menambal ban. Selang beberapa menit, akhirnya motornya
sudah bisa dinaiki lagi dan ia kelihatan sangat senang dan lanngsung menngucapkan
banyaak-banyak terima kasih. suatu hari kira-kira dua bulan setelah kejadian
itu, saya berencana akan pergi kerumah teman untuk mengerjakan tugas kelompok.
Namun pada waktu itu kedua orang tua saya lagi sibuk bekerja dan dirumah sangat
sepi, sehingga tidak ada yang saya suruh untuk mengantar ke rumah teman saya.
Akhirnya saya pun memutuskan untuk berjalan kaki. Di perjalanan tiba-tiba ada
Tonok yang mengendarai sepeda motornya dan berhenti didepan saya. Lalu ia
bertanya “eh.., satya kok jalan kaki? Biasanya kan diantar sama orang tua mu”.
“ni orang tua saya lagi kerja jadi tidak ada yang mengantar” Jawab saya. “oow,
kalau begitu bagaimana kalau saya yang mengantr kamu?, hitung-hitung balas budi
ketika kamu menolong saya pada waktu ban sepeda motor saya kempes”. “benar ni?
Apa tidak merepotkan?” sahut saya dengan candaan. “aaah, ngak kok, kita sebgai
manusia memang harus saling bantu membantu”. Jawabnya. Akhirnya kami pun pergi
bersama. Inilah salah satu contoh implementasi dari sloka diatas, dimana
perbuatan yang baik dan benar akan memperindah suasana yang tadinya kelihatan
buruk. Dan seluruh mahluk di dunia ini begitu kelihat damai yang diwarnai
dengan persahabatan yang saling bantu membantu.
5.
BHAGAVAD-GITA
BAB XII Sloka 13-14
a. Bunyi
Sloka :
Advesta sarva-bhutanam
Maitrahkaruna evaca
Nirmamo nirahankarah
Sama-duhkha-sukhah ksami
Santustah satatam yogi
Yattma drdha-niscayah
May arpita-mano-buddhir
Yo mad-bhaktah sa me priyah
b. Arti
Sloka :
Mereka yang tidak iri hati
terhadap semua mahluk hidup, berteman, murah hati, bebas dari rasa kepemilikan,
bebas dari keakuan palsu, bersikap sama dalam suka maupun dalam duka, bersifat pengampun,
berpuas hati, selalu berada dalam kesadaran sebagai seorang yogi, mengendalikan
pikiran dan indra-indra, kemantapan bathin yang
baik, pikiran dan kecerdasan senantiasa terpusatkan pada-Ku, siapa pun
menyembah-Ku yang seperti itu, maka dia sangat Aku sayangi.
c. Contoh
Kontekstual :
Seperti yang kita ketahui Tuhan
atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah maha pengasih dan penyayang bagi setiap
mahluk yang diciptakannya tidak terkecuali manusia yang diberikan kemampuan
yang lebih dari mahluk lain yaitu dengan di karuniainya sebuah pikiran atau
idep. Dari pikiran itu manusia senantiasa dapat berbuat baik dan berbuat jahat
atau buruk. Namun dari makna sloka yang diartikan diatas, beliau hanya akan menyayangi
bagi mereka umatnya yang menjunjung tingi kebaikan dan menjalankan ajaran
dharma baik itu mulai dari dengan tidak iri hati antar sesama, bebas dari rasa
kepemilikan dan sebagai yang terdapat dalam sloka diatas. Sebagai salah satu
contoh orang yang berbuat baik, yang disayangi tuhan adalah paman saya
sekaligus seorang tokoh masyarakat yang ada di lingkungan masyarakat tempat
tinggal saya. Yang memang beliau dikenal memiliki hati yang baik yang selalu
senang dan ikhlas membantu sesama tanpa memikirkan pahalanya. Ia pernah bilang
salah satu tujuan dari hidupnya adalah membantu orang yang kesusahan. Dan
beliau tidak pernah membalas dendam ketika ada orang yang ingin menjatuhkannya.
Pernah suatu hari di masa kepemimpinannya menjadi kepala desa beliau mengalami
sakit yang amat parah. Sampai-sampai dokter tidak mengetahui penyakit yang
dialami beliau dan kurang lebih beliau dirawat selama 2 bulan di rumah sakit.
Namun mungkin karena kebaikan yang dilakukan oleh beliau selama ini, tiba-tiba
hanya dengan berdoa dan berdoa kepada tuhan beliau sembuh dari penyakit yang
dideritanya. Hal ini membuktikan bahwa bagi mereka yang berbuat baik yang mampu
mengendalikan pikiran dan indra-indra, tidak iri hati terhadap semua mahluk
hidup, berteman murah hati, bebas dari rasa kepemilikan, keakuan palsu, dan
bersikap sama dalam suka mapun duka sangat akan disayangi dan dilindungi oleh
Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
source : Satya Dharma
Delod Mangkalan: Sloka, Arti Dan Implementasinya >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Delod Mangkalan: Sloka, Arti Dan Implementasinya >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Delod Mangkalan: Sloka, Arti Dan Implementasinya >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK
sangat membantu🙏
BalasHapus